Masyarakat Jatiwangi sebelum abad ke – 20 masih
menganggap tabu apabila tanah yang biasanya berada dibawah, ditempatkan diatas
kepala , seperti genteng. Pada waktu itu tidak ada rumah yang terbuat dari
tanah , batu dan pasir. Menurut pendapat mereka benda- benda tersebut harus ada
dibagian bawah, sedangkan untuk bagian atasnya boleh berupa kayu kayuan dan
daun daunan. Rumah penduduk pada saat itu hanya bertiang kayu dan bambu,
berdingding ayaman bambu atau papan
serta beratapkan dari daun aren, Rumbia
atau alang-alang. Rumah rumah yang bertembok pada saat itu hanyalah rumah rumah
orang Belanda. Adalah H. Umar Bin Ma’ruf
pada tahun 1905 yang berkeinginan untuk memperbaiki langgarnya (surau )
dengan memakai atap genteng namun karena pada saat itu tidak ada yang bisa
membuat genteng oleh karena itu beliau mendatangkan seorang ahli pembuat
genteng dari pesantren Babakan Jawa,Majalengka bernama Barnawi. Kemudian H.
Umar mendirikan tempat pembakaran genteng di Cikarokrok, sebelah barat Sungai
Cipinang, Burujulwetan.
Dengan berdirinya langgar H Umar yang
beratapkan genteng maka tertariklah
orang – orang ‘mampu’ untuk membuat rumah beratapkan genteng. Pada waktu
itu juga bermunculan para pengrajin baru genteng di distrik jatiwangi seperti
H. Manan , Wiyot, H. Asy’ari dan lain lain.
Dengan demikian masyarakat Jatiwangi pada masa
itu sudah meninggalkan kepercayaan mereka yang menganggap tabu memakai genteng. Pada saat itu perkembangan kerajinan
genteng belum tampak pesat karena beberapa hal , hanya beberapa orang saja yang
menjadi pengrajin genteng. Hal hal yang menjadi kendala perkembangan kerajinan
genteng pada saat itu adalah proses produksi yang masih sederhana yaitu
peralatan yang dipakai dalam industri genteng waktu itu adalah cangkul/singkep
yang berfungsi untuk mengolah bahan baku(tanah liat) dan cetakan yang terbuat
dari kayu yang dihaluskan, kemudian hal lain adalah tranportasi yang masih sederhana
yaitu gerobak yang ditarik oleh kerbau.
Pada tahun 1930an industri kecil ini mulai mendapatkan perhatian Pemerintah kolonial Belanda dengan mengadakan pengujian terhadap kualitas genteng yang dihasilkan pengrajin untuk menghasilkan kualitas genteng terbaik bagi pembangunan kantor dan perumahan pegawai pemerintah pada waktu itu
keren
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIzin share ya
BalasHapus