Minggu, 13 September 2015

Sejarah Kedatangan orang Arab Ke Majalengka




       Menurut Van den Berg, kedatangan imigran arab tahun tahun terakhir abad ke – 18 berasal dari Hadramaut,kedatangan mereka Ke Nusantara pada abad itu mulai dilakukan secara masal. Perhentian pertama mereka adalah Aceh,dari sana mereka lebih memilih  pergi ke Palembang dan Pontianak. Orang Arab mulai menetap di Pulau Jawa setelah tahun 1820 dan Koloni koloni mereka tiba di bagian timur Nusantara pada tahun 1870 ( Berg 1989 : 72 )
        Umar Jangkung di kenal di daerah Majalengka karena sudah lama sekali ia dikenal sebagai tuan minyak, ia datang dari hadramaut ketika berusia 17 tahun bersama kedua orangtuanya singgah di Cirebon lalu membeli tanah di Majalengka ,oleh kedua orangtuanya ia dididik untuk menjadi pedagang, suatu hal yang menarik dari kehidupannya bahwa keturunannya rata rata menikah dengan bangsa pribumi, sebelum di tinggalkan oleh orangtuanya untuk kembali lagi ke negri asalnya, Umar jangkung dinasihati bila sudah waktunya menikah disarankan untuk tidak menikah dengan bangsanya sendiri atau bangsa arab , tetapi menikah dengan bangsa Pribumi / Indonesia supaya banyak saudara. Terbukti dengan menikahnya Umar jangkung dengan bangsa Pribumi yang berasal dari daerah Maja,bertambahlah saudara saudaranya berasal dari Pribumi, sebagai pedagang ia banyak bergaul dengan menak menak atau bangsawan yang mengambil barang darinya dengan cara berhutang, jika seorang menak membutuhkan sesuatu seperti kain dan kebutuhan lainnya, ia akan mengirimkannya, usahanya tidak hanya pada kain, tetapi juga hasil bumi seperti Padi, umbi umbian, kacang kacangan yang ia beli dari petani ketika panen untuk disimpan sebagai persediaan jika sudah naik harganya lalu dijual (,N Kartika,2007)
        Umar Jangkung dalah salah satu contoh mayarakat keturunan yang behasil berbaur dengan Masyarakat Pribumi , perbauran ini menunjukan ciri khas masyarakat keturunan arab yang membedakan dengan bangsa bangsa lain yang cenderung eksklusif dan menjurus kepada komunalisme .Eksklusivitas tersebut umumnya di tunjukan dalam konteks perbedaan Agama, Ras, atau keturunan  yang di tempatkan  dalam kerangka kekeluargaan yang kemudian memunculkan Komunalisme .Perbedaan perbedaan tersebut pada hakikatnya dapat saling memperkaya dan saling mengisi, akan tetapi adakalanya perlu juga ada usaha untuk saling mengoreksi , solidaritas itu ditakuti Belanda, maka dengan adanya diskriminasi Rasial di antara golongan penduduk Asia yang berada di Hindia Belanda  , orang Indonesia ( Pribumi ) di pisahkan dari orang orang Asia Lain.Orang Asia bukan Pribumi itu terkenal sebagai golongan Vreemde Oosterlingen yang lalu di pecah lagi dalam tiga golongan kecil Yaitu : Tionghoa, India dan Arab. (N Kartika,2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar