Selasa, 06 Oktober 2015

Kepahlawanan Bagus Rangin



Bagus Rangin dilahirkan pada sekitar tahun 1761. Ayahnya adalah Kiai Sentayem, seorang ulama yang berilmu tinggi dan memiliki banyak murid, termasuk Bagus Rangin dan saudara-saudaranya. Maka sejak kecil Bagus Rangin dididik dalam lingkungan yang relijius. Bagus Rangin juga belajar ilmu umum serta ilmu beladiri. Selain kepada ayahnya, Bagus Rangin belajar agama - terutama dalam bidang tarekat - kepada seorang ulama Banten yang dijuluki Rama Banten.

Hasil dari pendidikan yang dia terima membuatnya dikenal sebagai orang yang soleh dan berani menegakkan kebenaran, serta tidak sungkan membantu orang yang membutuhkan pertolongannya. Namanya kemudian terkenal dan disegani masyarakat, hingga terdengar sampai ke pusat pemerintahan di Cirebon. Maka oleh Sultan Cirebon Bagus Rangin diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin daerah kabagusan Jatitujuh dengan pangkat Senapati.



Pada waktu itu kehidupan rakyat sangat susah karena dibebani berbagai kewajiban, seperti membayar berbagai macam pajak (pajak tanah, pajak hasil tani, dan lain-lain), menyerahkan upeti kepada pejabat, juga menjalani kerja paksa dan kerja desa. Apalagi setelah tanah-tanah di desa banyak yang disewakan kepada Belanda dan Cina. Bukan hanya lahan garapan yang disewakan, tetapi juga dengan rakyatnya. Rakyat diperas tenaganya untuk mengolah lahan disamping harus membayar pajak yang lumayan besar.

Kehidupan rakyat yang makin sengsara menimbulkan keinginan mereka untuk berontak. Maka dengan dipimpin oleh Bagus Rangin, rakyat Palimanan melakukan perlawanan terhadap Belanda serta kepala daerah yang menjadi antek Belanda. Pasukan Bagus Rangin berjumlah sekitar 300 orang yang dibantu oleh adiknya, Bagus Serit dari Jatitujuh. Dalam gerakan ini Bupati Palimanan Tumenggung Madenda, Asisten Residen Belanda, serta pembesar dan pasukannya, termasuk tuan tanah Cina, menjadi korban. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1805 (atau 1806?).



Gerakan Bagus Rangin didukung tokoh masyarakat dari beberapa daerah. Karena itu dalam perlawanan selanjutnya Bagus Rangin mendapat bantuan dari berbagai daerah lain baik berupa tenaga, senjata, maupun logistik.


      
 Untuk memberantas gerakan pimpinan Bagus Rangin, Gubernur Jenderal Kompeni A.J. Wiese menugaskan Nicolaes Engelhard untuk memimpin pasukan kompeni menyerang markas Bagus Rangin di Jatitujuh. Pasukan Belanda dibantu oleh beberapa pasukan pribumi yang berasal dari Sumedang, Karawang, Subang, Cirebon, serta Madura. Pasukan Bagus Rangin sendiri mendapat bantuan dari beberapa daerah seperti Sumedang, Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Kuningan hingga berjumlah 40.000 orang. 
     

Beberapa kali pertempuran menimbulkan korban yang tidak sedikit, baik dari pihak Bagus Rangin maupun Belanda. Di pihak Bagus Rangin ada yang tertangkap, sebagian lagi mundur dan bersembunyi. Bagus Rangin sendiri bisa lolos dari kepungan musuh dengan sebagian anak buahnya. Akhirnya beliau nyepi di Pasir Luhur, sebuah gunung kecil yang sekarang menjadi batas antara Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap. 

Disana ia berpikiran bahwa sasaran perjuangan harus diubah, tidak hanya mendukung Raja Kanoman Pangeran Suriawijaya untuk menjadi Sultan, karena kedudukan sultan sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Raja Kanoman pernah dibuang ke Ambon oleh Belanda pada tahun 1802. Setelah dibebaskan dan dijadikan sultan di Cirebon pada tahun 1808, dua tahun kemudian dipecat oleh Gubernur Jenderal H.W. Daendels karena sikap dan tindakan Raja Kauman dianggap melawan pemerintah kolonial. Bagus Rangin beranggapan bahwa sebisa mungkin harus berdiri negara sendiri. Negara tersebut dinamai Pancatengah dengan pusatnya di Bantarjati, pinggir sungai Cimanuk, tidak jauh dari Jatitujuh. Ia meyakinkan bahwa dengan berdirinya negara sendiri tidak akan ada kerja paksa dan pungutan paksa. 

Pada 1810 pihak kolonial mengirim pasukan yang dibantu oleh pasukan dari beberapa kabupaten untuk menumpas Bagus Rangin di Bantarjati. Maka terjadi perang yang menyebabkan banyak pasukan tewas, terutama dari pihak Bagus Rangin. Bagus Rangin dan anak buahnya terdesak hingga terpaksa mundur menuju Desa Panongan. 

Pada tahun berikutnya wilayah nusantara berada dibawah kekuasaan Inggris, yang di wakili oleh Letnan Gubernur Jenderal T.S. Raffles. Bagus Rangin beranggapan bahwa pemerintahan Raffles pasti tidak akan berbeda dengan penjajah sebelumnya. Maka iapun tetap mengumpulkan kekuatan untuk meneruskan perjuangannya.

     
 Pada 16-29 Februari 1812 pecah lagi perang di Bantarjati. Karena jumlah pasukan dan senjata yang tidak seimbang, kekalahanpun berada di pihak Bagus Rangin. Mereka terdesak mundur sampai di daerah Panongan. Disanalah akhirnya Bagus Rangin tertangkap pada 27 Juni 1812. Beliau gugur setelah dijatuhi hukuman mati.
    




 Catatan :
·         Waktu pertempuran di Bantarjati,  pasukan Bagus Rangin terdesak disatu daerah oleh pasukan yang dipimpin Dalem Karawang. Pasukan Bagus rangin lari tunggang langgang sehingga kepinggir sungai Cimanuk , mereka meloncat ke Ranca (Sunda) yang ada disisinya, sehingga saat ini daerah tersebut dinamai dengan Rawa Jawura( Dumeh balad Bagus Rangin  di dinya Mancawurana, diubrak abrik ku balad musuh terus brasbrus kana ranca =Sunda) 




·        Benarkah  Ki Bagus Rangin di bantu Serdadu Prancis?

                
                             
Bedasarkan Catatan Perwira Inggris yang ditulis dalam sebuah buku . Pada tanggal 4 Agustus 1811, Seratus buah kapal Inggris mendarat di Batavia dengan 12.000 serdadu Inggris untuk membawa misi dari English East India Company. Diantara mereka ada seorang perwira, Major William Thorn (Thorn,1993:124), yang dalam bukunya mencatat mengenai pemberontakan tersebut sebagai berikut :
"....Sementara itu perhatian pemerintahan Inggris beralih kepada pemberontakan yang patut diperhitungkan yang dilakukan oleh Bagoos Rangin. Dia telah mengumpulkan kekuatan di daerah perbukitan di Indramaju. Pemberontak yang berkekuatan besar ini banyak diantaranya adalah desertir dan pelarian dari serdadu Perancis yang melarikan diri setelah pertempuran Cornelis. Kepala pemberontakan ini selama 6 tahun telah berhasil melepaskan diri dari usaha penangkapan oleh pemerintahan Belanda, dia telah dianggap oleh pengikutnya sebagai nabi atau pendeta agung. Kefanatikan ini menyebabkan tidak goyahnya dukungan rakyat kepadanya walaupun pada waktu itu pemerintah mengiming-imingkan hadiah bagi penangkapan nya. Pada saat ini dia telah menguasai beberapa desa dan maju terus mengancam kota dan benteng Indramaju. Untuk menghadapinya, satu detasemen dari Bengal Sepoy dibawah Capt. Pool segera dikirim dari Batavia untuk memperkuat garisun yang ada. Kemudian detasemen lain yang terdiri dari orang-orang Eropah dan pribumi dibawah pimpinan Capt. Ralph dari His Mayesty's 59 Regiment menyusul, dengan perintah untuk menghancurkan arus yang sudah tidak tidak terkendali itu.
Capt. Ralph dan detasemennya akhirnya menjumpai, dengan tidak disangka-sangka, dengan para pemberontak itu d’alam jumlah yang besar. Lebih dari 2000 musqueteers (serdadu infantri) berbaris ditepi kali melepaskan tembakannya kepada pasukan Inggris, dan kemudian mereka datang mendekat sehingga pertempuran satu lawan satu tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam pertempuran ini banyak yang luka-luka dan mati hingga akhirnya pasukan pemberontak itu melarikan diri. Kerugian di fihak Inggris tidak berarti dimana seorang calon prajurit dari Resimen ke-59 terbunuh, dan Capt. Jones dari Bengal Service dan beberapa calon prajurit lainnya luka-luka. Bagoos Rangin sendiri dapat meloloskan diri. Belum selesai dengan masalah ini, kami harus meninggalkan pulau Java dan mengalihkan perhatiannya ke pulau Sumatra ....dst".

·        Keberadaan tentara Prancis atau pasukan Napoleon dijawa di buktikan dengan  diketemukannya meriam didaerah Menes Pandeglang Banten tahun 1998 selain itu ditemukan pula Topi Baja dengan inskripsi yang terpahat dibelakang didekat kulas terdapat tulisan Fait Paar brazin le Arsenal de paris 1812. Selain itu pertempuran di meester cornelis (Jatinegara =Sekarang) antara Pasukan Inggris yang berpusat di Malaya dengan pasukan Belanda dibantu Prancis ( Perang Napoleon Di Jawa)

Jumat, 02 Oktober 2015

Suatu Sore di Alun Alun Majalengka “kapungkur” tahun 1981




    Banyak kisah yang terekam oleh penulis waktu masa kecil dulu tentang Madjalengka kapungkur atau tempo doeloe.  Penulis lahir dan besar di kota ini seperti  kisah atau Cerita sedikit yang ditulis Dalam bahasa Sunda seperti ini;

 

Carita nu kahiji:

 

“Dina hiji sonten  tilu puluh tilu taun katukang tepatna sabelas maret taun dalapan hiji saperti nu aya tertulis dina poto. Taun sakitu mah kuring oge umur tujuh taunan tapi sanajan kitu kuring masih inget kaayaan jaman harita mulai ti rupa masjid, alun alun majalengka  jeung barudak nu sok maenbal di lapangan alun alun. Jiga anu aya dina gambar eta teh barudak Arfaco  campuran jeng barudak “Turki”  didieu lain nagara turki  tapi “turunan kidul” nyaeta barudak sukarame jeng sabuderannana. Ti palebah kalerna aya barudak pasantren jeung cibasale trus ti kulonna aya barudak pahlawan, barudak pasar balong Ciranca ,Depok , Garunggang jeung lain lainna. Eta barudak biasana sok ngahiji jadi sagrup majalengka kulon mun aya lawanna nyaeta majalengka wetan gabungan ti barudak kahutanan , barudak kaputihan( jigana awakna barodas kitu?)  barudak panglipur jeung sabudeuranna , der ! wae diaduken . Ku anehna biasana te make wasit da harita mah ngalatur jeng ideung sorangan. Hiji kaanehan lain mun Pertandingan maenbal kakara eureun lain tiupan wasit tapi mun kadenge sora nu ngaji di masjid , teu dikomando deui nu maenbal bubar balik kaimah masing masing. Sampai taun 90an nu maenbal masih keneh rame tapi Jaman kiwari alun alun majalengka geus robah  tos teu aya tiang gul paranti maenbal, sabagian lahan  jadi taman jeung ayeunamah reuhin ku nu dagang  . Masih aya nu maenbal tapi teu sarame  jaman harita barudak ayeuna mah lobana mending mojok di taman  alun alun  bari internetan make wifi gratis. Sakitu mapay mapay majalengka jaman baheula. Wassalam!  

 

  Carita Nu kadua ;

 

 

“Meni ngahudang kawaas, dina tahun  80-90an ari ngabuburit sok mirengkeun dongeng ti radio Arfaco ayena mah tos gentos janten Radio Indraswara

mangsana ua kepoh atawa mang jaya, tolok tok creng, da meni sepi jalan lembur teh kabeh ngadarangong hareupeun radio transistor anu sorana siga toa tea... da muhun leres kitu kaayaan na!

Tuda jaman harita mah teu kolot teu budak, teu mojang teu jajaka, kabeh hiburan

na saukur nu kitu mun te lalajo turi mah. te siga jaman kiwari loba hiburan dina tv swasta

Anu paling dipikaresep nyaeta lalakon sapertos “si Amran” , “si Rawing” jeung nu sejenna. Dongeng Si Rawing nyaritakeun ngeunaan Darma anu ceuli na rawing margi keuna kusabetan bedog Bah Bewok dina wanci gerombolannana narajang lembur. Nanging Darma disalametkeun ku saurang aki-aki anu namina Ki Debleng sarta akhirna jadi muridna dugi tumuwuh barobah kaayaan jadi jawara tangguh. Nanging Dongeng Si Rawing mangrupa dongeng paos, lami kanggo tamatna. Hilap deui dugi sabaraha warsih tamatna.  Jabi ti dongeng si rawing, aya keneh lalakon anu lianna. Sepertos Kasan Dara Sandra, Si Buntung Jago Tutugan, Doni Ajo, Ajag Bodas, Nyi Ganting sarta lalakon lianna

Mangga bilih uninga naon deuinya carita nu sanesna ????

Heuheu...iraha rek usum deui dongeng.....???