Melacak
mundur menyusuri lorong waktu masih teringat
cerita "baheula" yang selalu dikisahkan ibuku di waktu kecil. Kisah beliau diwaktu
masa pendudukan Belanda ataupun pendudukan Jepang selalu menemaniku disaat
menjelang tidur malam, apalagi dulu sering mati listrik. Dari mati listrik
inilah kisah ini dimulai,
menurutnya jaman dulu
belum ada listrik , saat malam tiba semua gelap gulita hanya ditemani nyala “cempor”
kecuali saat tiba bulan purnama ibuku dan teman temannya menyambutnya dengan
penuh suka cita bermain main sepuasnya disaat terang bulan, permainanan
tradisional yang mereka mainkan seperti ; “cing sumput”, door doran, sep dur,
udag udagan, dadaluan, englek dan banyak lagi. Saat itu kehidupan masih keadaan
normal sampai saat tentara jepang datang
semuanya jadi tidak merasa aman penuh dengan ketakutan , tatanan kehidupan menjadi
kacau. Saat Tentara jepang datang pertamakali menginjak kakinya di Majalengka,
mereka disambut gembira oleh masyarakat Majalengka karena mereka dianggap “sodara
Tua” yang akan membebaskan dari cengkraman penjajah Belanda. Seiring waktu niat busuk mereka datang, akhirnya terbongkar juga bahkan
perilaku tentara Jepang lebih kejam dari tentara Belanda. Banyak anak anak
gadis menjadi korban tentara jepang, pemuda pemuda banyak yang menjadi budak budak pekerja, sementara
persedian bahan makanan seperti beras, jagung ubi umbian dan lain lain mereka
angkut keluar daerah pada saat malam hari. Saat malam hari ini pada jaman
jepang diberlakukan jam malam , rakyat tidak boleh keluar malam kalau tidak
ingin kena tembak tentara Jepang, padahal menurut ibuku saat jam malam inilah
tentara jepang mengangkut bahan makannan yang tersimpan di gudang desa (dulu
balai Desa Majalengka kulon terletak depan mesjid agung atau samping Sekolah
rakyat atau bertetangga dengan rumah kakekku)
jepang memerintahkan seluruh masyarakat Majalengka kulon menyetorkan sebagian
bahan makanan digudang desa untuk membantu ”sodara tua”, banyak terjadi
kelaparan dimana mana bahkan batang pisang “gedebong cau “dijadikan bahan
penganan, nasi campur jagung ataupun dedakpun jadi, bahan pakaianpun sulit
didapat walaupun ada berbahan pakain seperti karet yang terasa panas dan gatal
dikulit, kalau kata ibuku disebut “baju
kadut” entah apa maksudnya belum sempat bertanya? Ada yang tahu?. Tiga setengah
tahun sudah Jepang berkuasa tiba saatnya
Jepang mengalami kekalahan perang Asia Timur raya dari tentara sekutu akhirnya Jepang
angkat kaki dari bumi Majalengka
meninggalkan kekacauan, ketakutan dan kesengsaraan rakyat Majalengka.
Setelah
Jepang meninggalkan Indonesia , Indonesia mengalami masa revolusi dimana
setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaanya lewat Bapak Soekarno Hatta penjajah
Belanda berusaha untuk kembali menjajah dengan membonceng tentara sekutu yang berdalih
untuk melucuti tentara Jepang. Tapi hal ini mendapat perlawanan dari seluruh
rakyat Indonesia umumnya dan rakyat di majalengka pada khususnya.
catatan ; dirumah kecil yang beralaskan tanah ada tempat berlindung semacam bungker, masih percaya kalau ditempat kediaman para panggede tempo dulu semacam rumah Assisten Residen dan rumah dinas Bupati tempoe doeloe tidak mempunyai tempat berlindung atau bungker ? coba saja!!!
Aamiiin semoga di lapangkan kuburnya n di terangi kuburnya .
BalasHapusHatur nuhun dulur carita na .
Semoga kenangan kaPun Biang menjadi berkat di dunia dan akhirat.
BalasHapus